Oleh: Johanes Ariffin Wijaya
Sir Winston Churchill, Perdana Mentri Inggris kondang saat Perang Dunia II, bangkit ke atas mimbar di acara wisuda sebuah universitas. Ia memandang tajam pada para sarjana baru, lalu berkata, “Never, Never, Never Give Up” (Jangan, Jangan, Jangan Pernah Putus Asa)
Setelah diam 30 detik, ia berkata lagi, Never, Never, Never Give Up.” Kesunyian kembali mencekam aula itu. Sekali lagi, suara Churchill menggema, Never, Never, Never Give Up.” Itulah pidato paling singkat dan paling efektif dalam sejarah umat manusia.
Manusia 20%
Mungkin anda pernah mendengar sebuah penelitian tentang “20% yang terus berusaha”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 48%-hampir separuh responden menyerah pada percobaan yang pertama, sekitar 20% yang lain menyerah pada percobaan kedua dan tidak mau mencoba lagi. Sedangkan 7% lainnya mencoba hingga tiga kali, lalu akhirnya menyerah dan mencoba hingga empat kali baru menyerah sebanyak 5%.
Nah, sisanya adalah 20% yang terus berusaha, terus berusaha, terus berusaha, dan berusaha. Manusia “20% yang terus berusaha” inilah 75% atau 85% akan berhasil dan sukses di dalam usaha dan kehidupan mereka. Bahkan biasanya mereka akan menjadi leader (pemimpin). Mereka adalah orang-orang yang gigih, ulet dan pantang menyerah.
Sifat pantang menyerah (Never give up) ini harus ada di dalam diri kita. Anda ingat babak keempat Turnamen Tenis Grand Slam Perancis Terbuka Juni 1989? Petenis ranking nomer satu dunia, Ivan Lendl (Cekoslowakia) berhadapan dengan petenis AS keturunan Cina, Michael Chang. Diatas kertas, Lendl yang juara turnamen tiga kali itu pasti gampang melibas Chang. Pada dua set awal Lendl memang menang. Namun Chang membalas pada dua set berikutnya.
Mengawali set kelima, praktis Chang hanya bermain dengan satu kaki karena kaki kanannya sudah kram. Keringat bercucuran deras di wajahnya, menahan sakit. Tapi ia pantang menyerah. Akhirnya, Chang mengalahkan Lendl dalam waktu 4 jam 30 menit hanya dengan satu kaki. Begitu pukulan silangnya tak dapat dikembalikan Lendl, Chang langsung terjatuh dan menangis tersedu-sedu. Ia terpaksa dibopong keluar lapangan karena tak mampu lagi berdiri. Penonton melakukan sanding ovation.
Hendry Ford, dalam tiga tahun pertama membangun bisnis otomotif, bangkrut dua kali. Tapi akhirnya Ford menjadi simbol mobil mewah bergengsi.
Pebasket Michael Jordan pernah ditolak saat mau bergabung dengan klub basket SMAnya. Namun ia tidak menyerah, terus berlatih lebih pagi dan pulang lebih malam. Hasilnya, ia jadi maestro dunia.
Resep “pantang menyerah” adalah mau berusaha mencoba sedikit lebih banyak daripada sebelumnya, mencoba sekali lagi, dan mencoba terus dengan sikap antusisme yang berapi-api.
Jangan Pernah Berhenti
Sewaktu di SMP, saya hampir tak naik kelas dan dibilang bodoh oleh guru. Stigma ini membuat saya belajar keras. Akhirnya saya bisa lulus kuliah dengan IPK cumlaude. Buku pertama saya, Bursa Berjangka, ditolak oleh lima penerbit. Karena yakin buku ini bermanfaat bagi masyarakat, saya terus berusaha memperbaikinya dan akhirnya bisa diterbitkan, dan kini beredar cetakan kedua.
Jika waktu itu saya menyerah setelah ditolak penerbit berkali-kali, takkan terbit buku saya berikutnya berjumlah 12 judul. Saya bersyukur menjadi “20% yang terus berusaha”
Dari pengalaman tersebut, saya berfikir bahwa dalam hidup kita yang ada hanyalah menang atau belajar. Tak ada kata gagal atau menyerah. Kalau kita”menang” harus disyukuri, namun kalu gagal kita harus “belajar” dan bangkit kembali. Jadi, ingat “Never Give Up”. Raih sukses yang kita impikan dan cita-citakan, dengan terus berusaha dan melakukan yang terbaik. Apakah anda mau menjadi “20% yang terus berusaha” atau “80% yang menyerah”?
Silahkan pilih!
No comments:
Post a Comment